Saat tirai terangkat dan hingar bingar musik pop Jepang terdengar, sepuluh robot serupa boneka perempuan lengkap dengan pom-pom menyala meluncur ke atas panggung untuk menampilkan koreografi rutin mereka. Robot-robot pemandu sorak itu tingginya 36 sentimeter dengan model rambut bob menutupi mesin rumit di dalam kepala mereka.
Robot-robot itu memiliki sensor gyro (sensor berhubungan dengan rotasi), yang biasanya ada di dalam mobil dan kamera digital, yang membuat mereka tidak jatuh dari bola pijakan selama pertunjukan berlangsung, kata Murata.
Robot pemandu sorak itu memiliki mata LED yang bersinar dengan warna berbeda saat mereka bergerak membentuk berbagai formasi, yang meliputi bentuk hati, garis diagonal dan angka delapan. “Tentu saja mereka tidak bisa melompat seperti pemandu sorak yang sebenarnya,” kata Koichi Yoshikawa, insinyur di Murata yang terlibat dalam pengembangan teknologi itu.
“Tapi idenya adalah bahwa mereka bertahan tetap stabil di atas bola kecil mereka, seakan menyemangati tim, ‘Ayo kita lakukan yang terbaik!’,” katanya seperti dilansir kantor berita AFP.
Teknologi kontrol-grup, dikembangkan bersama Universitas Kyoto, memastikan robot-robot itu bergerak selaras dan tidak bertabrakan satu sama lain. Namun beberapa robot boneka itu bertabrakan dan jatuh.
Meski demikian manufaktur elektronik besar Murata mengatakan teknologi itu punya potensi besar, misalnya dalam membantu mobil tetap stabil saat melaju di jalan rusak atau licin. Perusahaan itu saat ini sedang membuat sensor yang digunakan untuk memonitor tekanan ban dan unit kontrol mesin.
Teknologi mutakhir ini juga dapat digunakan sebagai perangkat anti-tabrakan dalam mobil yang dikendarai secara otomatis yang dikembangkan perusahaan seperti Google dan Tesla.
Source : JapaneseStation