Dalam studi di Jepang,
terlihat bahwa baik suhu dingin maupun zat kimia dalam cabai memiliki
efek yang sama dalam membangun tingkat lemak coklat atau brown adipose tissue (BAT) yang membantu mengatur tubuh dalam mengeluarkan energi.
Seperti dilaporkan the Independent,
Selasa (22/10), BAT merupakan jaringan yang ada di semua bayi, ditemukan
di sekitar leher dan dada yang secara bertahap hancur saat semakin
dewasa. Tingkat BAT bervariasi di tiap orang, dan studi sebelumnya telah
membuktikan hubungan antara turunnya tingkat BAT dengan berat badan
yang bertambah saat semakin tua.
Ini merupakan pertama kalinya dibuktikan
tingkat BAT dapat kembali setelah hancur. Ilmuwan membuat tes dalam
temperatur rendah minus 19 celsius selama dua jam setiap hari selama
enam pekan.
Saat dibandingkan dengan kelompok
kontrol yang hidup normal, subjek tersebut terlihat memiliki tingkat BAT
yang naik, serta kehilangan 5 persen lemak tubuh.
Dalam studi yang dipimpin Takeshi Yoneshiro
dari Universitas Kedokteran Hokkaido Jepang tersebut juga ditemukan,
tingkat BAT meningkat dengan mengkonsumsi capsinoids, zat yang ada dalam
cabai. Zat itu terlihat mengaktifkan sensor temperatur.
Studi tersebut menjelaskan mereka yang
makan cabai banyak maka tingkat jaringan BAT meningkat, meski belum
menunjukkan penurunan berat badan. Akan tetapi, ilmuwan percaya dalam
studi jangka panjang akan terlihat penurunan berat badan dengan
kembalinya tingkat BAT.

