News
Loading...

Serba-Serbi Memberi Hadiah di Jepang


Hallo!! kali ini penulis akan membahas topik tentang hal-hal memberi hadiah atau kado di Jepang. Bukan berarti penulis minta kado lho, tapi di sini kita akan berbagi pengetahuan tentang tradisi memberi kado di jepang. Soalnya, bagi masyarakat Jepang, perihal memberi dan diberi kado itu ternyata tidak sesederhana yang kita bayangkan sesuai budaya kita sebagai orang Indonesia! Salah-salah memberi hadiah pada orang Jepang, bisa-bisa kita malah dianggap tak tahu etika dan yang diberi hadiah bisa tersinggung. Berabe, kan Maksud hati menjalin tali silaturahmi yang lebih akrab, malah dianggap memulai permusuhan.

Makanya, supaya tidak salah karena beda prinsip dan budaya, coba kita intip dulu hal-hal apa saja yang berhubungan dengan tradisi memberi hadiah bagi orang Jepang. Orang Jepang menyebut hadiah pemberian dari orang lain sebagai ”okurimono”. Okurimono ini ternyata banyak ragamnya, tidak cuma diberikan pada saat seseorang yang kita kenal dekat sedang berulang tahun saja. Pada perayaan-perayaan spesial seperti peringatan hari jadian bagi sepasang kekasih, peringatan pernikahan, kenaikan pangkat kerja, kelulusan, Hari Ibu, Valentine, Tahun Baru dan lain-lain pun ternyata juga dirayakan dengan tradisi memberi hadiah oleh orang Jepang.

Hadiah yang di tujukan untuk suatu peristiwa besar seperti pernikahan dan peresmian kantor disebut “Oiwai”. Hadiah yang ditujukan untuk menyatakan simpati kita terhadap orang lain, misalnya: Merasa berterima kasih atau mendoakan orang sakit agar cepat sembuh, disebut “Orei”.

Kalau dipikir-pikir, banyak juga, ya, perayaan yang membutuhkan uluran hadiah dalam kultur budaya Jepang? Tapi sebetulnya, kita memberikan hadiah tersebut hanya kepada orang-orang yang betul-betul dekat dengan kita. Maksudnya dalam pemikiran orang Jepang, kalau terhadap teman biasa dimana kita tidak merasa dekat dengannya, kita tidak perlu memberinya hadiah dalam event-event khusus. Umumnya, pengertian tentang orang yang dianggap spesial dan perlu diberi hadiah tersebut biasanya adalah orangtua, pacar, sahabat, guru/dosen yang membimbing kita, bos di kantor dan relasi kerja. Pokoknya, orang yang telah berbuat jasa untuk kita.

Kalau budaya di Indonesia, bagi yang berulang tahun biasanya akan mentraktir teman atau kerabat terdekatnya makan-makan. Setelah itu, kerabat yang diundang akan memberikan kado pada yang berulang tahun. Nah, kalau di Jepang, jangan kaget dengan tradisi ulang tahun mereka yang berbeda dengan tradisi kita itu! Bagi yang berulang tahun adalah kesempatan mendapat hadiah dari para kerabatnya. Tapi, tidak ada kewajiban baginya untuk mentraktir makan-makan bagi kerabat yang telah memberinya hadiah.
Jadi, misalnya mina san sudah memberinya hadiah (dan ini wajib bila hubungan mina san dekat dengannya), jangan berharap yang berulang tahun akan mengajak mina san makan-makan! Kalau mina san menuntut, bisa-bisa mina san dianggap tidak ikhlas memberinya hadiah. Wah... dia bisa meragukan arti pertemanan yang sedang mina san bina dengan dirinya, kalau sampai begitu! Tapi sisi baiknya, pada saat mina san sendiri yang berulang tahun nanti, dia juga wajib memberi mina san hadiah sementara mna san tak perlu mentraktirnya makan. Jadi, impas dan juga lumayan berhemat, bukan? He he he....

Bagi kaum muda di Jepang, Valentine dan Natal merupakan event spesial saat dimana bisa memberikan hadiah, khususnya bagi orang yang kamu sayangi. Sudah bukan rahasia lagi, kalau pada hari Valentine, gadis-gadis muda akan memberikan hadiah cokelat untuk kekasih atau cowok yang disukainya (jika masih belum berpacaran). Ini juga merupakan salah satu faktor enaknya kultur budaya di Jepang!

Kaum cewek bebas mengekspresikan perasaan sukanya pada cowok pujaannya lewat cokelat di hari Valentine. Tak perlu malu-malu atau takut ditolak ketika melakukannya, karena tak ada cowok yang akan menolak cokelat Valentine dari siapa pun pada hari spesial itu! Jadi, sekalipun mislanya cowok yang kita sukai itu ternyata tidak menyukai kita, kita tak perlu takut ditolak terang-terangan. Baru ketahuan apakah cowok itu menyukai kita atau tidak pada hari White Day, yaitu 3 setelah hari Valentine.

Pada saat itu, pihak cowok-lah yang harus memberikan hadiah bagi pihak cewek. Tapi, dia hanya akan memberikan hadiah spesial pada cewek yang disukainya. Jadi, jika pada hari White Day mina san mendapat hadiah spesial dari cowok yang telah mina san berikan cokelat Valentine, artinya rasa suka mina san terbalas. Beruntung, deh! Tidak seperti cewek yang memberi cokelat pada saat Valentine, cowok akan memberikan benda-benda spesial seperti pajangan atau aksesoris untuk cewek di saat White Day. Tapi, jika ia memberikan saputangan untuk mina san, artinya dia menolak cinta mina san. Duh... duh...silakan menangis dengan saputangan pemberiannya!

Dalam memberikan sebuah hadiah, biasanya faktor yang diperhatikan adalah: harga, kualitas barang, penampilannya, merek, keamanan barang, dan pengemasan yang seindah-indahnya. Orang Jepang sangat peduli pada penampilan kemasan. Itulah sebabnya, segala sesuatu di Jepang selalu dikemas seunik dan secantik mungkin! Karena itu, kita tak bisa sekedar memberikan kado berbentuk kotak biasa-biasa saja pada saat menghadiahi kenalan kita yang adalah orang Jepang. Selain itu, perhatikan juga bahwa ada benda-benda yang tabu diberikan sebagai hadiah dalam beberapa perayaan.

Berikut diantaranya:
1. Bagi rekan yang sakit, dilarang memberi benda dalam nominal jumlah 4,9,13 karena jumlah angka itu dianggap membawa kesialan. Jadi, misalnya kita menjenguk sambil membawa buah jeruk, hitung dulu agar jumlah buahnya tidak pas dengan angka-angka itu. Juga, dilarang memberi hadiah uang kertas kuno dan bunga krisan.
2. Bagi kerabat yang bertunangan, dilarang memberi bunga dalam keranjang (parcel bunga) dan bunga tsubaki.
3. Bagi kerabat yang menikah, dilarang memberi cermin atau barang pecah-belah.
4. Saat ada yang meninggal, dilarang memberi bunga warna merah dan uang kertas baru. Uang kertas baru dianggap “Memberi jiwa untuk ikut diajak oleh yang sudah meninggal”.
Selain hal-hal tabu diatas itu, yang terpenting secara keseluruhan sewaktu memberi hadiah, jangan diiringi dengan surat atau ucapan bertuliskan tinta merah. Beda dengan tradisi orang china yang menganggap merah adalah warna keberuntungan, warna merah bagi orang Jepang dianggap kesialan dan kematian (karena seperti warna darah).

Yang penting diingat juga saat memberi hadiah adalah ke-ikhlasan kita! Jangan memberi hadiah karena berharap akan diberi balasannya (kecuali mungkin pada saat ulang tahun). Kalau pun orang yang kita beri hadiah itu membalasnya, artinya dia juga tulus memberi mina san hadiah dan mina san dianggap orang spesial baginya. Pada prinsipnya, orang Jepang mengenal prinsip giri (hutang budi). Jadi, dia bisa saja membalas kalau memang merasa berhutang budi pada mina san, tapi bisa juga tak menganggap perlu membalas pemberian mina san bila mina san sudah diberi keuntungan darinya (ini berlaku bila kita memberi hadiah untuk relasi kerja, boss atau guru yang sudah berjasa bagi kita). Memang benar, soal ketulusan memberi ini juga memberikan etiket sosial yang berlaku di seluruh dunia.


Inilah beberapa contoh gambar cara membungkus hadiah di Jepang 







Source: Nakayoshi Gress! Majalah Komik UniQ & Trendy



Share on Google Plus

About Adinda Royyan

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.